Kepemimpinan 'Ala' Rasulullah SAW

Ilustrasi : akuislam

1. Karakteristik Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW
Dalam suatu riset terhadap seratus tokoh berpengaruh di dunia, Muhammad SAW diakui sebagai seorang tokoh yang paling berpengaruh dan menduduki rangking pertama. Ketinggian itu dilihat dari berbagai perspektif, misalnya sudut kepribadian, jasa-jasa dan prestasi beliau dalam menyebarkan ajaran Islam pada waktu yang relatif singkat.
Kesuksesan beliau dalam berbagai bidang merupakan dimensi lain kemampuan sebagai leader dan manajer yang menambah keyakinan akan kebenaran Rasul.Dikatakan leader karena beliau selalu tampil di muka, menampilkan keteladanan, dan kharisma sehingga mampu mengarahkan, membimbing dan menjadi panutan.Dikatakan manajer karena beliau pandai mengatur pekerjaan atau bekerja sama dengan baik, melakukan perencanaan, memimpin dan mengendalikannya untuk mencapai sasaran.
Umat Islam memandang Muhammad SAW bukan hanya sebagai pembawa agama terakhir, tetapi sebagai pemimpin umat, pemimpin agama, pemimpin negara, komandan perang, qadi (hakim), suami yang adil, ayah yang bijak sekaligus pemimpin bangsa Arab dan dunia.
Peran yang sangat komplek ini telah diperankan dengan baik oleh Nabi Muhammad SAW, sehingga menjadi dasar bagi umatnya sampai akhir zaman. Hal ini menunjukkan bahwa peran Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin umat sangat besar pengaruhnya. Perwujudan kepemimpinan beliau dengan memberi pendidikan dan pengajaran yang baik kepada umat dengan keteladanan yang baik (uswatun hasanah).
Pada dasarnya Islam memandang bahwa setiap manusia merupakan pemimpin. Sehingga setiap umat Islam sebagai pemimpin yang beriman harus berusaha secara maksimal untuk meneladani pola kepemimpinan Rasulullah sebagai konkretisasi kepemimpinan Allah SWT.
Sifat wajib Rasul merupakan pencerminan karakter Nabi Muhammad SAW dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin umat. Secara rinci sifat-sifat tersebut, yaitu:
a. Shiddiq
orang Quraisy menamakan “shiddiq dan amin” Ketika Muhammad SAW masih muda. Beliau sangat dihargai dan dihormati oleh semua orang termasuk para pemimpin Makkah. Nabi memiliki kepribadian dan kekuatan bicara, yang demikian memikat dan menonjol sehingga siapapun yang pergi kepadanya pasti akan kembali dengan keyakinan dan ketulusan dan kejujuran pesannya. Hal ini dikarenakan, Nabi Muhammad SAW. hanya mengikuti apa yang diwahyukan pada beliau.
Keutamaan dan kemuliaan sifat benar itu diperkuat dan dijelaskan dalam firman Allah:
 وَلَمَّا رَأَى الْمُؤْمِنُونَ الْأَحْزَابَ قَالُوا هَٰذَا مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَصَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ ۚ وَمَا زَادَهُمْ إِلَّا إِيمَانًا وَتَسْلِيمًا 
Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata, “inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul- Nya kepada kita”. Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka, kecuali iman dan kedudukan”. (Q.S. al-Ahzab : 22).
Dengan sifat tersebut diatas Nabi Muhammad menjadi seorang pemimpin sekaligus manajer kepercayaan bagi orang – orang yang hidup semasanya. Beliau selalu memperlakukan orang dengan adil dan jujur. Beliau tidak hanya berbicara dengan kata-kata, tapi juga dengan perbuatan dan keteladanan. Kata-kata beliau selalu konsisten. Tidak ada perbedaan antara kata dan perbuatan.
b.  Amanah
Karakter yang seharusnya dimiliki oleh seorang Manajer sebagaimana karakter yang dimiliki Rasul yaitu sifat dapat dipercaya atau bertanggung jawab. Beliau jauh sebelum menjadi Rasul pun sudah diberi gelar al-Amin (yang dapat dipercaya). Sifat amanah inilah yang dapat mengangkat posisi Nabi di atas pemimpin umat atau Nabi-Nabi terdahulu. Yang dimaksud amanah dalam hal ini adalah apapun yang dipercayakan kepada Rasulullah SAW meliputi segala aspek kehidupan, baik politik, ekonomi, maupun agama.
Firman Allah yang berbicara tentang amanah yang diemban oleh setiap manusia terdapat dalam surat al-Ahzab 72, bunyinya:
إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولً
Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi, dan gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan bodoh”. (QS. Al- Ahzab: 72).
Berdasarkan ayat di atas menyatakan bahwa setiap manusia mempunyai amanah yang harus dipertanggung jawabkan kepada Allah SWT. Walau sekecil apapun amanat itu. Sifat amanah yang ada pada diri Nabi Muhammad SAW memberi bukti bahwa beliau adalah orang yang dapat dipercaya, karena mampu memelihara kepercayaan dengan merahasiakan sesuatu yang harus dirahasiakan dan sebaliknya selalu mampu menyampaikan sesuatu yang seharusnya disampaikan.
Sebagai manajer, Nabi Muhammad SAW Sangat memerhatikan kebutuhan masyarakat, mendengar keinginan dan keluhan masyarakat, memerhatikan potensi-potensi yang ada dalam masyarakat, mulai dari potensi alam sampai potensi manusiawinya. Pada akhirnya semua ini bermuara pada aktivitas dakwah yang dilakukannya terhadap masyarakat, terutama dalam bidang keimanan dan ketakwaan serta profesionalisme sebagai upaya meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas pada waktu itu.
Sebagai Manajer Rasulullah berusaha untuk memberi yang terbaik bagi rakyatnya, sehingga dalam kepemimpinannya, Rasulullah selalu mengutamakan rakyatnya, berkorban untuk rakyatnya, bahkan sampai akhir umurnya Rasulullah masih memikirkan rakyatnya.
c.  Tabligh
Satu istilah yang disandang Nabi Muhammad pemberian Allah yaitu mundhir (pemberi peringatan) diutusnya Nabi Muhammad SAW sebagai orang yang memberi peringatan yakni untuk membimbing umat, memperbaiki dan mempersiapkan manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Predikat mundhir yang disandang menuntut beliau untuk menguasai informasi supaya dapat memimpin umatnya serta bertugas untuk menyampaikan (tabligh) risalah kepada manusia. Tiap-tiap orang yang beriman wajib meyakinkan bahwa Allah telah mengutus beberapa Rasul dari golongan manusia sendiri untuk menyampaikan pelajaran kepada umatnya dan apa saja yang diperintahkan kepadanya untuk menyampaikannya serta menjelaskan hukum-hukum yang berkenaan dengan perbuatan-perbuatan yang mulia dan sifat-sifat yang dituntut bagi mereka untuk mengerjakannya.
Penyelenggaraan proses dakwah yang dilakukan Rasulullah itu benar-benar dihasilkan dari hasil pemikiran dan perhitungan yang cermat mengenai beberapa kejadian yang akan terjadi serta melakukan pengamatan – pengamatan terhadap situasi dan kondisi yang ada. Disamping itu, beliau juga sangat memerhatikan cara-cara yang teratur dan logis untuk mengungkapkan permasalahan yang hendak mereka sampaikan.
Uraian di atas semakin jelas bahwa Muhammad diutus dan diangkat menjadi pemimpin manusia oleh Allah SWT. Melebihi pemimpin-pemimpin yang telah ada seperti halnya Nabi-Nabi yang terdahulu. Tugas menyampaikan wahyu adalah karakteristik beliau sebagai manjer yang memiliki sifat tabligh (menyampaikan), dan dari uraian diatas kita juga dapat melihat bahwa Rasulullah adalah seorang manajer yang sangat menguasai akan informasi, dan inilah yang menyebabkan keberhasilan manajerial pada masa Rasulullah.
d. Fathonah
Nabi Muhammad yang mendapat karunia dari Allah dengan memiliki kecakapan luar biasa (genius abqariyah) dan kepemimpinan yang agung (genius leadershipqiyadahabqariyah). Beliau adalah seorang manajer yang sangat cerdas dan  pandai melihat peluang.
 Kesuksesan Muhammad sebagai seorang pemimpin umat memang telah dibekali kecerdasan oleh Allah SWT. Kecerdasan itu tidak saja diperlukan untuk memahami dan menjelaskan wahyu Allah SWT. kecerdasan dibekalkan juga karena beliau mendapat kepercayaan Allah SWT. untuk memimpin umat, karena agama Islam diturunkan untuk seluruh manusia dan sebagai rahmat bagi seluruh alam.
Kecerdasan beliau dalam melihat peluang terlihat dari cara beliau melakukan dakwahnya. Dakwah pertama ditunjukkan kepada orang-orang yang serumah dengannya, berdakwah kepada orang-orang yang bersahabat dengannya, berdakwah kepada orang- orang yang dekat dengannya, setelah itu barulah secara terbuka Nabi Muhammad berdakwah kepada masyarakat luas, yaitu masyarakat Quraisy dan masyarakat Mekkah pada umumnya.
Dan dalam pola  kepemimpinan Rasulullah SAW yang dikembangkan bersifat friendship system, yaitu sistem perkawanan dan sistem kapabilitas. Hal ini dapat dilihat dari penunjukan para sahabat untuk menduduki pos jabatan tertentu, tanpa melupakan pertimbangan kompetensi masing-masing sahabat, sehingga mereka dapat membuktikan kemampuanya sesuai dengan kompetensi masing-masing. Ini merupakan bagian dari kecerdasan beliau dalam melihat peluang agar sistem manajerial yang dilakukannya dapat berjalan dengan baik.
2. Urgensitas Nilai Sifat Wajib Rasul sebagai Karakter  seorang Manajer/Pemimpin
Kriteria dan syarat menjadi seorang manajer dalam proses memimpin orang lain dibutuhkan individu-individu pemimpin yang memiliki sifat-sifat mulia seperti sifat-sifat yang melekat pada diri Nabi Muhammad SAW. Terangkum menjadi satu-kesatuan sifat wajib meliputi shiddiq, amanah,tabligh dan fathonah. Sifat-sifat rasul akan menjadi sebuah prinsip tersendiri bagi seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya dengan menerapkan nilai-nilai luhur ini, di antaranya :
a.   Prinsip Kejujuran (shiddiq).
Dalam sebuah kepemimpinan tanpa ada transparansi dari atasan kepada bawahan dapat menghambat hubungan saling menjauh di antara keduanya. Ini disebabkan tidak adanya sikap keterbukaan informasi yang diberikan pemimpin kepada anggotanya, sehingga seolah-olah ada jarak yang memisahkan, yang akibatnya menimbulkan sikap apatis dan tidak peduli dari bawahan pada atasan.
Prinsip kejujuran yang harus dijunjung oleh pemimpin tidak memiliki tendensi apapun, sebab pemimpin yang baik hanya mengharap ridha dari Allah, yang ini berarti pemimpin berusaha untuk jujur dihadapan Allah. Sedangkan jujur terhadap orang lain, yakni tidak sebatas berkata dan berbuat benar, namun berusaha memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi orang lain. Pemimpin yang baik selalu mengedepankan prinsip kejujuran dengan menunjukkan kepeduliannya pada orang lain dengan mengulurkan tangan demi kemajuan bawahannya.
b. Prinsip dapat dipercaya (Amanah)
Perwujudan sikap amanah menunjukkan bahwa pemimpin dapat menampakkan sikap yang dapat dipercaya (kredibel), menghormati dan dihormati (honorable). Sikap terhormat dan dapat dipercaya hanya dapat tumbuh apabila kita meyakini sesuatu yang kita anggap benar sebagai suatu prinsip kebenaran yang tidak dapat diganggu gugat. Pemimpin yang dipercaya, mampu mempercayai orang lain dan memiliki kepercayaan diri, oleh karena itu pemimpin demikian itulah yang dapat disebut sebagai pemimpin yang bertanggungjawab. Setiap amanah akan menuntut pertanggung jawaban, sebab amanah sekecil apapun harus dipertanggungjawabkan oleh yang memegang amanah itu.
Amanat yang berhubungan dengan tugas seorang pemimpin khususnya bagi para pendidik adalah mengajak, membimbing anak didik untuk mewujudkan tujuan organisasi dengan cara memberikan praktek yang baik dan bermanfaat. Atas dasar itulah menjadi tuntutan bagi pemimpin untuk menunaikan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan posisi yang dipegangnya yakni sebagai leader dan manajer.
c. Prinsip Komunikatif (tabligh)
Hubungan antara komunikasi dengan kepemimpinan sangat erat sekali, bahkan dapat dikatakan bahwa tiada kepemimpinan tanpa komunikasi. Komunikasi berperan sangat menentukan dalam berhasil tidaknya suatu kepemimpinan. Seorang pemimpin dikatakan sukses, apabila di antaranya telah berhasil membangun komunikasi yang efektif antara dirinya dengan bawahan.
Untuk itulah nilai dan prinsip tabligh telah memberikan muatan yang mencakup aspek kemampuan berkomunikasi (communicationskill), kepemimpinan (leadarship), pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya insani (human resourcedevelopment), dan kemampuan diri untuk mengelola sesuatu (managerialskill). Dari keempat kemampuan tersebut, harus terkumpul dalam diri seorang pemimpin untuk menentukan keefektifan kepemimpinannya itu. Dari sinilah menunjukkan arti pentingnya prinsip komunikatif dalam membangun kepemimpinan, untuk diperhatikan oleh pemimpin baik sebagai administrator, manajer, supervisor, bahkan untuk kepala sekolah.
d. Prinsip Intelegensi (Fathanah)
Pentingnya sebuah kecerdasan bagi pemimpin mutlak diperlukan agar tujuan kepemimpinan agar tercapai. Seorang pemimpin haruslah seorang yang mempunyai kecerdasan lebih dibanding orang lain tanpa harus mengesampingkan nilai-nilai keluhuran seperti yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW. Tidak cukup seorang pemimpin hanya dibekali dengan kecakapan dan kecerdasan namun memiliki landasan keimanan yang kuat agar tidak mudah tergelincir pada dosa dan kesalahan.
Seorang pemimpin harus mampu menganalisa masalah yang dihadapi organisasinya. Kemampuan itu memungkinkan seorang pemimpin mengarahkan pemikiran anggotanya dalam menyusun perencanaan dan menetapkan keputusan yang tepat dalam mewujudkan beban tugas organisasinya. Pemimpin yang mahir dan profesional serta mempunyai wawasan luas memiliki intuisi yang tajam dalam menganalisis persoalan dan mengambil keputusan yang berani dan percaya diri sehingga keputusan yang diambil dapat menguntungkan seluruh kelompoknya.

Comments